Penyesalan Terakhir
Bumi itu berputar,
mengalami rotasi dan revolui. Begitu juga dengan kehidupan manusia, dengan perubahan
status social. Manusia tidak ada yang sempurna, sebaik-baiknya manusia pasti
mempunyai kesalahan. Kesalahan tidak dapat di pungkiri oleh apapun. Ada
kebaikan pasti ada kejahatan. Semuanya tak ada yang sempurna.
Sinar
matahari menyambut datangnya pagi, ayam berkokok, burung burung beryanyi, pohon
melambai-lambai seolah menyapa insan. Di pagi itu tepat pukul 05.00 tampak
seorang wanita paruh baya membawa tas belanja bersama wanita cantik berparas
cantik yang memakai seragam Putih Biru, lebih tepatnya mengenakan seragam
SMP. “Hay, Mau kemana kau? Berpakaian
rapi layaknya pelajar. Tetapi kenapa kau berada di pasar?” tanya seorang pemuda
kira-kira 2 tahun lebih tua dari wanita berparas cantik tadi.
Wanita
itu pun menghentikan langkahnya dan jawab dengan sopan “Iya, saya memeng
pelajar kelas 7. Saya kemari membantu ibu saya berjualan di pasar,”
“Lalu,
mengapa kau memakai seragam mu di sini?”
“Saya
memang setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah selalu membantu ibu berjualan
di Pasar Pagi ini!” jawab wanita tadi, “Apakah anda tidak mengetahui saya tiap
pagi di sini?”
“Saya
bukan penduduk di sini. Jadi maaf saya telah banyak bertanya kepada anda
Nona….” Pemuda itu menghentikan pembicaraannya dan menengok Wanita tadi seraya
membaca tanda pengenal yang tercantum pada baju wanita tersebut dan
menyebutanya dengan senyuman “Pelangi, Nona Pelangi”
PELANGI,
nama wanita itu Pelangi, dia sering mengenalkan kepada orang-orang bahwa
namanya pelangi yang biasanya menghiasi
langit dengan berbagai warnanya yang ceria. Kemudian Pelangi meneruskan
langkahnya dengan semangat, bagaikan semangat pejuang-pejuang zaman dahulu.
Prinsipnya adalah “hari ini harus lebih
baik dari pada kemarin dan hari esok harus lebih baik dari pada hari ini”
Dia juga menyadari bahwa manusia tidak ada yang sempurna.
Pukul
12.30 tepatnya di SMP Pembangunan atau biasa di sebut Pembangunan Junior High School. Disana Pelangi sekolah, dia selalu
mendapat peringkat satu di sekolah namun sayang kerena latar belakang
keluarganya itu dia banyak di jauhi teman-temanya. Bukan karena keluarga yang
kurang mampu, tetapi karena pergalan kakaknya. Kakaknya yang bernama Cakra, dia
hanyaah pereman pasar yang sangat brutal, beberapa kali masuk penjara gara-gara
terjerat khasus pencurian seperti pencurian uang bank, pencurian sepeda dan sesekali Cakra terkena narkoba. Akibat Cakra
itu keluarganya menjadi sangat terkenal, tetapi bukan karena kebaikannya justru
malah kejelekannya. Tiap pulang sekolah Pelangi melihat Cakra selalu berada di
gerbang sekolah, entah dia mau apa, tetapi Pelangi tak peduli apa kata mereka,
Dia selalu berfikir positif, bahwa kakaknya ke sekolah hanya untuk mengetahui
keadaan adiknya itu, bukan untuk berbuat hal-hal yang tidak-tidak.
“Hay,
kakak?” sapa Pelangi menepuk bahu Cakra.
Cakra
hanya tersenyum lalu pergi meninggalkan Pelangi begitu saja. Hati pelangi
selalu bertanya-tanya ada apa dengan
kakak ku?aku menyayaninya, selalu menyayaninya. Pelangi bergeas
meninggalkan tempat itu dan pulang, karena dia tau ibunya telah menunggu di
rumah.
Siang
itu metahari nampak menari-nari senang hingga panasnya terasa menyengat di
keseluruh tubuh. Di perjalanan pulang Pelangi tak mengeluh sama sekali, walau
trik matahari tak bersahabat baginya justu itu adalah hal yang menyenangkan.
Tiba-tiba “BRUKKKK” Pelangi bertabrakan dengan seseorang, “Maaf” Ucap Pelangi
menuduk.
“Ya,
tak apa.”
Pelangi
mengangkat wajahnya dan apa yang ia lihat? Dia melihat kakaknya. Ternyata itu
adalah kakaknya (Cakra) yang memakai baju compang-camping berparas yang tidak
jelas, wajah kusam dan kusut. “Ini Uang untuk mu.” ucap Cakra seraya mengulrkan
tangnnya.
“Tak
usah Kak, ini untk kakak saja. Kakak lebih membuthkan. aku selama ini
mendapatkan kiriman uang dari ayah.” Jawab Pelangi menolak pemberian Cakra.
Dengan
raut muka yang agak kecewa, Cakra mengambil uangnya lagi hingga keluar
kata-kata kasar yang ia lontarkan. “Hey, dasar kau tidak tau berterma kasih,
kakak banting tulang untuk mendapatkan uang ini hanya demi mu. Aku tau kau
ingin membeli tas an? Ini untuk mu pelangi! Tapi…….ahhhhhhhh bursyit kau dan
apa kau tau Ayah di mana?!”
“Kakak
bukan itu maksud ku,ya, walau aku tak tau Ayah bekerja di mana. Tapi, aku menyayangimu.
Aku bukan menolak pemberianmu, ak hanya memikirkan biaya kehidupan kakak di
luar sana. Kakak tak pernah pulang ke rumah. Aku sebenarnya rindu kakak.”
Kemudian Pelangi menangis tersedu-sedu di hadapan kakaknya itu.
“Menangis?
Apa hanya itu yang bisa kau lakukan?” Cakra berlari menjauhi Pelangi. Ia juga
menetes kan air matanya. Sebenarnya iya juga rindu pada kehangatan keluarganya
itu. Ia ingin pulang tetapi ia harus bekerja demi keluarganya.
Sesampainya di rumah
Pelangi berkata pada ibunya “Bu, tadi saya bertemu kakak. Dia memberiku banyak
uang tetapi, aku tak memerimanya. Aku menolaknya karena selama ini kita kan
dapat kiriman dari Ayah kan Bu? Tapi kenapa Kakak menanyakan dimana Ayah? Apa
dia tau ayah di mana?”
Bu
Nio atau ibunya Pelangi gugup mendengar perkataan anaknya itu. Ia tak tau harus
menjawab apa. Apakah ia harus menceritakan yang sebenarnya. Pelangi merasa anah
dengan tingkah ibunya “Ibu! Ibu kenapa? Apa ada hal yang ibu sembunyikan
tentang ayah?”
“Ayah….Ayah…Ayah
sebenarrnya hilang. Ayah terbawa badai beberapa waktu lalu saat pergi
berlayar bersama Cakra, dan hingga saat
ini belum tau dimana ayah. UANG, selama ini yang mengirimkan uang pada kita
bukan ayah tetapi Cakra.” Jelas Bu Nio seraya memeluk Pelangi
“Mengapa
Ibu tidak member tau ku? Kenapa ibu tidak melarang Kakak untuk berhenti mencari
kerja dan pulang. Kenapa Bu?” Pelangi menitih kan air mata.
“Ibu
sudah melarang kakak mu. Tetapi nihil.” Jawab Bu Nio
Pelangi
melepaskan pelukan ibunya dan berlari ke luar rumah. Dia berlari menuju pesisir
pantai dengan tetesan air mata di setiap langkahnya. Hatinya yang rapuh
menambah emosinya keluar. Sesampainya di Pantai ia berdiri di atas di perahu
dimana Cakra dan ayahnya berlayar. Dia berteriak kencang “AYAH, di mana engkau?
Ayah!!!”
Di
seberang jalan, pesisir pantai nampak Cakra yang melambai-lambai pada Pelangi.
Belum sempat Pelangi menyemeluk dan meminta maaf pada Cakra. Tiba-tiba truk
tronton menabrak Cakra dengan sekali srempetan kecil. “KAKAKKK” teriak Pelangi
dengan kencang. Di tempat kejadian pelangi menangis memeluk dan terus melihat
kakaknya yang berlumurn darah. “Jaga Baik-baik Ibu. Jangan kau putus sekolah
seperti kakak. Teruslah tersenyum seperti sebagaimana warna pelangi” Kata Cakra
kemudian menutup matanya. “KAKAK” ucap Pelangi dengan menjerit-jerit tak
terkendalikan.
By: Laiely Lanisi / sasi